Otoritas Kemanan Israel menutup akses masuk menuju
Masjidil-Aqsha bagi pemuda Muslim Palestina dan Israel. Aturan sepihak itu
menyusul perkelahian antara warga Palestina dengan perwira Yahudi beberapa
waktu lalu.
Kepolisian Israel berjaga ketat di Masjidil-Aqsha saat
umat Islam hendak melaksanakan shalat Jum'at. Kepolisian hanya membolehkan
warga Muslim Israel masuk ke situs relijius tersebut.
Beberapa dokumen penting juga menjadi syarat mutlak.
Selain membawa identitas kependudukan Israel, pria di bawah usia 50 tahun juga
tidak diizinkan untuk melaksanakan shalat.
Tindakan tersebut adalah pencegahan konsentrasi massa.
Seorang anggota intelijen zionis mengatakan, pemuda Palestina kerap memotori
kerusuhan usai shalat. "Orang-orang Palestina itu suka melakukan tindakan
rusuh," kata dia.
Masjidil-Aqsha adalah situs relijius bagi tiga agama
samawi (Yahudi, Nasrani, dan Islam). Akan tetapi okupasi paksa Zionis Israel ke
wilayah Yerusalem Palestina, membuat situs ini tercaplok paksa oleh agresi
zionis.
Negara Yahudi itu meyakini, tidak satu pun agama yang
punya hak atas bangunan sejak zaman nabi-nabi itu selain kelompok Yahudi.
Mereka meyakini Masjidil-Aqsha berada di atas Kuil Sulaiman yang tertimbun.
Zionis berusaha menguasai kiblat pertama umat Islam
sebelum Ka'bah itu untuk menghancurkannya. Beberapa bulan yang lalu, kerusuhan
hebat terjadi di situs tersebut. Satuan militer zionis masuk ke ruangan shalat
dengan senjata dan seragam lengkap.
Mereka berusaha menangkap seorang pelajar perempuan
Palestina. Salah seorang perwira mengobrak-abrik salah satu ruangan tempat
pelajar wanita mengaji.
Kepala Yayasan Al-Aqsha, Mahmoud Abu Atta mengatakan,
perwira itu menyobek-nyobek kitab suci Al-Qur'an.Puas dengan aksi penghinaan
itu, para serdadu lalu melenggang di atas lembaran ayat-ayat suci yang
berceceran di lantai tersebut. Aksi provokasi tersebut mengundang berbagai
bentrokan fisik antara militer Israel dan warga Yerusalem di Palestina.
0 komentar:
Posting Komentar